Rabu, 01 Februari 2012

COMMUNICATING AND INTERACTING WITH YOUTH MARKET[1]




Anak-anak muda (youth) didefinisikan oleh UNESCO[2] sebagai orang-orang baik pria maupun wanita dengan segmentasi usia diantara 15 – 24 tahun. Lebih spesifik lagi, World English Dictionary menggambarkan youth sebagai suatu kondisi manusia muda yang belum dewasa (immature) dan belum berpengalaman (inexperience)[3]. Karakteristik anak-anak muda ini cenderung pemilih, mudah bosan dan cenderung tidak loyal. Namun, mereka tetaplah potensial sebagai target pemasaran karena mereka mampu memberi pengaruh yang besar pada proses pengambilan keputusan  orang tua mereka ketika akan membeli sesuatu. Selain itu, sifat mempengaruhi itu juga bisa terjadi pada sesama anak-anak muda lainnya. Dewasa ini, saat media sosial begitu berdengung begitu kencang sebagai media baru komunikasi, merekalah yang menjadi target baru dalam pemasaran. Penyebabnya tak lain karena anak-anak muda sangat dekat dan sangat mudah beradaptasi pada internet sebagai dunia maya yang menyajikan beragam informasi beraneka ragam produk dan merk.
            Bagaimana menyasar anak-anak muda dengan karakteristik yang sangat complicated ini sungguh bukanlah hal yang mudah. Steve Jobs menyebut mereka sebagai New Baby Boomer yang memegang peranan penting dalam industri kreatif. Mereka ingin sesuatu yang berbeda, akrab, dan unik dengan gaya mereka. Oleh sebab itu, gaya komunikasi untuk memperkenalkan sebuah produk yang menyasar anak-anak mudah sebagai target harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik dan budaya mereka.
Muhammad Faisal[4] memaparkan bahwa survey-survey yang dilakukan oleh Youth Lab menunjukkan  bahwa tren anak-anak muda saat ini menggiring mereka menuju The End Of Parasocial Infuences. Parasocial adalah istilah di dalam sosiologi yang menggambarkan rasa tidak percaya anak-anak muda terhadap apa yang dikatakan media mainstream. Ketika anak-anak muda itu ditanyakan pendapat mereka, kira-kira gadget apa yang sebenarnya dipakai oleh Dian Sastro dan Nicholas Saputra yang menjadi brand ambassador Samsung Corby, sebagian besar menjawab Blackberry dan sisanya menjawab iPhone.
Kebutuhan utama anak-anak muda adalah menjadi sosial. Atribut sosial itu antara lain (1) Formasi identititas, (2) Perasaan bahwa mereka diterima dan (3) menjadi siginifikan bagi dunia sosial itu. Dunia-dunia sosial mereka itu berbentuk komunitas-komunitas dengan segmentasi tertentu, apakah komunitas itu terbentuk karena kesamaan hobi, kesamaan kondisi, kesamaan ideologi, dan lain sebagainya. Komunitas inilah yang kenyataannya membantu anak-anak muda untuk menemukan identitas (identity) mereka disamping sebagai tempat mereka memperoleh keuntungan imateril atau materil (benefits), dan rasa kesamaan yang mendukung keterbukaan yang lebih (similarity).
Komunitas tipe Late Majority merupakan segmen yang paling luas dari banyak segment lainnya. Komunitas ini tidak mempunyai hobi tertentu. Mereka paling banyak membicarakan perihal seputar pacaran namun juga tertarik untuk membicarakan apapun yang menjadi isu hangat termasuk politik. Mereka ingin eksis dalam banyak hal. Contoh anak-anak muda ini banyak ditemukan misalnya di Seven Eleven dimana mereka hanya duduk untuk makan, minum dan ngobrol. Komunitas jenis ini memiliki kuantitas paling besar dibanding komunitas tipe lainnya yang tersegmentasi seperti komunitas penggemar sepeda Fixie, komunitas penggemar fotografi digital dan lain sebagainya yang pada realitanya membentuk segmen yang lebih kecil.
Ahmad Aditya[5] hadir dan memaparkan tentang Brand Activation. Brand Activation sendiri adalah istilah yang dipakai dalam dunia pemasaran sebagai usaha kreatif untuk  mengaktivasi suatu pesan dari merk yang diusung sehingga lekat dalam benak orang-orang yang melihatnya. Tujuannya, orang akan memberikan waktu untuk mencermatinya dan cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu tidak mudah dilupakan sehingga menciptakan rasa ingin mencoba. Salah satu contoh brand activation adalah Cuervo. Cuervo adalah minuman jenis Tequila yang melakukan kampanye Cuervo membangun suatu website yang isinya ingin membentuk Cuervo Nation, disana orang bisa mendaftar, memiliki komunitas, memiliki passport negara Cuervo dan lainnya yang menjadi aktivitas suatu negara sungguhan. Bagi yang memenangkan permainan, akan dibawa berlibur ke salah satu pulau di kepulauan Karibia yang disewa khusus oleh Cuervo. Peraturannya hanya satu,  diperbolehkan untuk melakukan apapun tetapi minumnya hanya : Cuervo. Hasil  penjualanpun meningkat drastis.
 Strategi pemasaran telah mengalami pergeseran karena pemasaran konvensional maupun pemasaran digital melalui media sosial tidak dapat menjamin bahwa target pemasaran memberi respon yang sesuai dengan yang diharapkan. Khususnya pada pemasaran digital, orang justru semakin terganggu dengan banyaknya junk mail atau isi posting yang berisikan berbagai iklan. Apa yang diinginkan orang saat membuat akun jejaring sosial pada dasarnya karena hanya ingin bersosial dan menemukan komunitasnya. Oleh sebab itu pesan yang ingin disampaikan dalam pemasaran baik pesan-pesan iklan dan aksi-aksi nyata dikonstruksi untuk menimbulkan kesan keinginan untuk membangun hubungan bukan sekedar transaksional semata.
                                         Transactional ----> Relationship

Adaptasi ini penting karena suatu pesan tidak dapat tetap kokoh dengan pendiriannya bahwa setiap orang akan mengerti pesan tersebut sesuai dengan yang diinginkannya. Teori-teori komunikasi tentang pesan dan hubungan banyak berbicara mengenai karakteristik yang mungkin muncul dalam fenomena ini. Jesse Delia dengan teori konstruktivisnya menyatakan bahwa setiap orang itu melakukan intepretasi dan bertindak sesuai kategori konseptual yang ada di dalam benak mereka masing-masing dan skema intepretasi ini berkembang seiring berkembangnya seseorang secara usia, konstruksi itu semakin kompleks.
            Pelaku pemasaran hendaknya menyadari bahwa komunikasi itu sangat penting untuk mendapatkan tujuan mereka sehingga merencanakan pesan merupakan hal yang sangat kritikal dan memerlukan perhatian yang lebih serius. Tentu ini bukan hal yang mudah. Charles Berger dengan Planning Theory memprediksi bahwa semakin banyak yang diketahui (tentang tujuan yang ingin dicapai) maka semakin kompleks juga perencanaan itu akan dilakukan. Dengan demikian, dalam menyasar pasar anak-anak muda, penting untuk mengidentifikasi dan memetakan komplekstitas mereka. Jika tipe late majority merupakan tipe yang tidak mudah untuk didekati, maka mendekati tipe komunitas  dengan chunk yang lebih kecil namun tersegmentasi adalah salah satu strategi yang dapat direncanakan.
Selanjutnya, perubahan gaya komunikasi dari transaksional menjadi pembangunan hubungan ini menuntut sesuatu yang berbeda karena membangun hubungan itu sifatnya sangat dialogis dan dinamis. Saat bentuk hubungan itu berada di dunia sosial media alih-alih secara langsung, perlu strategi dalam membangunnya. Banyak perusahaan yang sudah mencoba untuk memanfaatkan media sosial untuk membangun dialog ini kepada konsumen mereka. Katakanlah situs www.sahabatnestle.co.id yang berusaha menggandeng ibu-ibu muda untuk aktif di dalamnya dan banyak lagi segmented group yang dibentuk di facebook untuk tujuan yang sama. Namun membangun aspek dialogis ini tidak semata dengan berinteraksi secara langsung seperti situs website tersebut, pesan iklan pun dituntut untuk mampu memberi kesan sama sehingga iklanpun dirancang untuk “bercerita” dan mengundang orang lain untuk “bercerita”. Misalnya, seseorang yang menceritakan bagaimana Indomie itu mempunyai kesan penting dalam hidupnya dan diakhir dia mengatakan “ini ceritaku, apa ceritamu?”
Dalam dunia anak-anak muda, pengaruh media sosial sangat kuat karena sosial media memberikan banyak penawaran, informasi terkini, kemudahan dan semuanya itu dapat mereka akses melalui gagdet yang ada di tangan mereka dan mereka bawa kemana saja. Tidak heran jika pengaruh parasosial yang diusung media mainstream mulai berakhir karena jika hubungan parasosial cenderung bersifat satu arah maka media sosial memberikan komunitas untuk mereka berinteraksi. Brand activation menuntut kreativitas pemasar untuk mulai melakukan pendekatan-pendekatan yang kreatif berdasarkan karakteristik ini. Kuncinya, kenalilah mereka lebih baik sehingga pesan dapat dirancang dengan baik. Cara-cara itu haruslah unik dan kreatif dan yang terpenting adalah konsistensi dan keseriusan dalam membangun hubungan dengan anak-anak muda ini khususnya mereka yang tergabung dalam komunitas tersegmentasi karena yang mereka cenderung sangat idealis. Oleh karena itu cara-cara itu harus bisa menunjukkan bahwa ketertarikan mereka memang patut didukung



[1] Dipresentasikan pada seminar MIX Goes to Campus di Universitas Mercu Buana, 28 Januari 2012
[4] Muhammad Faisal adalah Direktur Youth Lab, suatu kelompok yang terdiri dari lima orang peneliti yang mengkhususkan  
  penelitian mereka pada youth culture.
[5] Ahmad Aditya adalah CEO Alive Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar