Selasa, 31 Januari 2012

Komunikasi Kelompok



L
ittlejohn (2002) menggarisbawahi manfaat penting dari komunikasi secara teoritis, bahwa mengembangkan pemahaman terhadap berbagai teori komunikasi akan memungkinkan kita leluasa mengintepretasikan suatu fenomena dengan cara-cara yang berbeda dan bermanfaat. Dalam bukunya, Littlejohn menjelaskan dengan rinci ratusan teori komunikasi yang dipandang dari berbagai perspektif seperti perspektif tradisi, tingkat observasi, metodologi dan sebagainya. Tantangan mahasiswa atau praktisi komunikasi tidak hanya bagaimana memahami semuanya secara teoritis saja, namun juga mampu mengembangkan aspek aksiologis sehingga teori itu terus bergerak linier seiring dengan perkembangan manusia dan komunikasinya.
Kita mengenal teori kontekstual yang membahas teori dari perspektif tingkat observasi atau lingkup kajian komunikasi. Teori-teori kontekstual tersebut antara lain komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi media—adapula komunikasi antarbudaya (Wood, 2010). Ada banyak sekali aspek dalam kehidupan manusia dengan dinamikanya sendiri. Tulisan ini akan membahas berbagai dinamika itu dalam komunikasi kelompok, tentu saja dari aspek komunikasi.

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
Apakah yang membedakan kelompok?Apakah sekumpulan orang yang berdiri bersama-sama di tepi jalan menunggu saat menyebrang adalah sebuah kelompok? Apakah beberapa orang siswa yang berada diantrian kasir adalah sebuah kelompok? Jawabannya adalah tidak untuk setiap contoh itu.

Wood (2010) mendefinisikan kelompok sebagai tiga orang atau lebih yang berinteraksi secara berkesinambungan, bergantung satu sama lain dan bersama-sama mematuhi peraturan yang di dalam kelompok untuk tujuan bersama. Dengan demikian, setidaknya ada dua karakteristik yang penting dari sebuah kelompok yaitu pertama, ada tujuan bersama dan kedua, masing-masing anggota mampu mengembangkan dialektika dalam kelompok. Tanpa adanya salah satu unsur ini, kelompok bubar.

Pada dasarnya komunikasi kelompok itu adalah kontinum dengan teori komunikasi lainnya. Di dalam teori komunikasi kelompok terkandung juga unsur komunikasi interpersonal sehingga kebanyakan teori komunikasi interpersonal bisa juga berlaku pada komunikasi kelompok. Winangsih (2010) mengelompokkan komunikasi kelompok di dalam komunikasi interpersonal.

Organisasi juga seringkali membentuk kelompok kerja khusus di dalamnya untuk efektivitas dalam menangani masalah, riset maupun pengembangan sehingga teori komunikasi kelompok bisa juga diterapkan dalam komunikasi organisasi (Wood, 2010)

Wood juga membedakan kelompok  dan tim atas dasar sifat keduanya yang memiliki karakteristik tertentu. Tim didefinisikan sebagai bentuk yang spesial dari kelompok namun yang menjadi karakter dari Tim ini, pertama: biasanya anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda sementara setiap anggota dalam kelompok biasanya memiliki kemampuan untuk memberi kontribusi dalam semua aspek kelompok. Kedua: Tim membentuk rasa saling ketergantungan yang lebih kuat dari kelompok. Semua Tim adalah kelompok tetapi tidak semua kelompok itu merupakan Tim.

BENTUK-BENTUK KELOMPOK
Kelompok dapat bersifat informal maupun formal. Pada kelompok informal mungkin tidak ada pemimpin, mereka adalah sekelompok orang yang berkumpul karena beberapa kesamaan atau ketertarikan misalnya kelompok diskusi, ceramah, kelompok bermain. Sementara kelompok formal adalah sekumpulan orang yang bersatu untuk tujuan tertentu misalnya kelompok terapeutik, komite pengambilan keputusan, tim satuan kerja, dan lain sebagainya. Pada kelompok formal ini biasanya ada yang ditunjuk sebagai pemimpin.

KELEMAHAN DAN KEKUATAN KELOMPOK
1.                  Kelemahan Kelompok
·         Waktu
Kelompok membutuhkan lebih banyak waktu dalam mengambil keputusan dibanding individu. Hal ini wajar terjadi, invididu secara bebas memilih apa yang dianggapnya baik sementara kelompok harus mendengarkan keinginan setiap anggotanya dan merespon satu sama lain untuk mencapai kata sepakat.
·         Tekanan Untuk Patuh
Kelompok memiliki potensi untuk menekan individualisme dan  menekan kepatuhan anggota terhadap apa yang dianggap baik untuk kepentingan bersama. Hal ini dapat terjadi atas dua cara, tekanan untuk patuh itu secara jelas terjadi apabila mayoritas anggota memiliki perbedaan pendapat dengan minoritas. Pihak minoritas harus patuh pada kesepakatan yang diambil berdasarkan  suara mayoritas. Di dalam kelompok yang efektif,  setiap anggota telah mengerti dan tahan terhadap hal ini. Disadari bahwa terkadang suara mayoritas itu salah sementara minoritas terkadang benar.
            Tekanan untuk patuh ini juga terkadang muncul saat satu individu dalam kelompok muncul sebagai sosok yang menonjol, karismatik, prestasi tinggi, atau kekuatan yang besar dibanding dengan anggota lainnya. Meskipun individu ini adalah bagian dari suara minoritas, namun dia mempunyai cukup status untuk membuat orang lain mengikutinya. Di dalam kelompok yang efektif, pemimpin mampu mencegah potensi untuk dari setiap anggota untuk menjadi figur seperti ini. Setiap anggota seharusnya bisa bersikap tidak kritis atas gejala-gejala superior yang muncul.
           
2.                  Kekuatan Kelompok
·      Sumber Yang Lebih Besar
Suatu kelompok jelas sekali melampaui individu untuk ide, perspektif, pengalaman, dan keahlian dalam memecahkan masalah. Secara khusus dalam Tim, signifikansi sumber ini menjadi menjadi kunci mencapai efektivitas (Kelley & Littman, 2001). Satu anggota menguasai aspek teknis sebuah produk, seorang lagi menguasai psikologi pasar, dan seorang yang lain menguasai analisis biaya, dan seterusnya.
·      Ketelitian Yang Lebih Besar
Kelompok juga memiliki ketelitian yang lebih besar dibandingkan individu, mungkin karena setiap anggota bersikap sebagai pemeriksa dan penjaga keseimbangan untuk anggota yang lainnya (Rothwell, 2007; Salazar, 1995). Sinergi adalah kekuatan khusus yang merupakan kombinasi energi, talenta, dan kekuatan dari setiap anggota.

·      Kreativitas Yang Lebih Besar
Sekali lagi, hal ini terjadi karena aspek sinergi di dalam sebuah kelompok. Ketika setiap anggota tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif, mereka akan mampu mengintegrasikan pikiran dan kreativitas.
  Individu bisa saja kehabisan ide, tetapi kelompok mampu menggenerasikan ide yang tidak terbatas karena salah satu anggota bisa saja melihat peluang ide dari ide atau komentar anggota lainnya.
·      Komitmen Yang Lebih Besar
Terakhir, kelompok mampu menghasilkan komitmen yang lebih besar terhadap apa yang telah diputuskan.

BERBAGAI FITUR DALAM KELOMPOK
Kekuatan-kekuatan kelompok yang telah didefinisikan hanya dapat  terwujud jika setiap anggota berpartisipasi aktif sehingga komunikasi efektif dapat terwujud dan tujuanpun dapat dicapai. Hal ini tidak mudah karena begitu banyak faktor yang menyebabkan suatu kelompok sulit mencapai komunikasi efektif.
           Meski satu kelompok itu ada karena banyaknya persamaan namun perbedaan antar individu masih tidak dapat terelakkan. Wood mencatat paling tidak ada 5 fitur atau ciri dari kelompok yang secara langsung berpengaruh pada partisipasi anggotanya.
·      Kohesi (Cohesion)
Kohesi adalah faktor kedekatan antaranggota kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, setiap anggota kelompok melihat diri mereka saling terkoneksi kuat untuk mencapai tujuan mereka.
·      Ukuran Kelompok
Semakin banyak anggota kelompok maka semakin besar usaha yang diperlukan untuk menjalin komunikasi.
·      Struktur Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Berbagai bentuk kekuatan antara lain: Reward Power, Coercive Power, Legitimate Power, Expert Power dan Referent Power.
·      Pola Interaksi
Pola interaksi terbagi menjadi dua menjadi Centralized Pattern dan Decentralized Pattern.



Centralized Pattern

Centralized Pattern merupakan kelompok dengan satu atau dua orang sebagai orang yang menempati posisi kunci dan sebagian besar proses komunikasi disalurkan melalui mereka.

Decentralized Pattern

Decentralized Pattern merupakan kelompok dimana proses komunikasi lebih seimbang dan memuaskan semua orang karena kekuatan setiap orang sama.

·      Norma Kelompok
Norma adalah petunjuk standar yang mengatur bagaimana seharusnya setiap anggota bertindak dan berinteraksi satu sama lain. Contoh, dalam suatu pertemuan seseorang mengklaim bahwa ide anggota yang lain itu bodoh dan beberapa anggota lain tampaknya tidak memberi perhatian pada apa yang dibicarakan. Jika hal ini terus berlanjut maka akan terbentuk norma ketidakpedulian dan semua orang akan terbiasa dengan hal ini.

TANTANGAN DALAM KELOMPOK
           Skisma (Schism) yang berarti perpecahan, biasanya terjadi dalam suatu gerakan atau hubungan. Orang yang skismatik adalah orang yang menciptakan atau menghasut perpecahan di dalam sebuah kelompok atau seorang anggota dari kelompok yang memisahkan diri. Kata skismatik dapat pula merujuk kepada gagasan, kebijakan yang dianggap dapat menyebabkan perpecahan. Contoh skisma dalam kekristenan seperti skisma Nestorian yang merupakan skisma awal antara Kekristenan Konstantin dan Kekristenan Asiria, dalam islam seperti perpecahan antara Islam Sunni dan Islam Syiah pada 632 M mengenai siapa yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dalam politik seperti skisma anarkis antara sosialis libertarian dan komunis dari Perhimpunan Buruh Nasional yang secara lebih spesifik adalah antara pemimpinnya, Mikhail Bakunik dan Karl Marx.

Awal perpecahan selalu berasal dari konflik yang muncul. Bergantung pada bagaimana konflik itu diatasi, terdapat dua macam bentuk konflik; Disruptif dan Konstruktif. Jika konflik mampu dikelola dengan benar maka konflik itu bisa memberi perilaku konstruktif. Sebaliknya jika tidak berhasil dikelola dengan benar, perilaku disruptiflah yang muncul.

Disruptif
Konstruktif
Kompetisi
Self-interest (kepentingan pribadi)
Pendekatan Win-lose
Mengabaikan ide yang berlawanan
Iklim tertutup
Komunikasi defensif
Serangan pada kepribadian
Koperatif
Kepentingan semua orang
Pendekatan win-win
Mendengarkan ide yang berlawanan
Iklim terbuka
Komunikasi suportif
Fokus pada masalah
Perilaku Disruptif dan Konstruktif

Bentuk-bentuk pengambilan keputusan di dalam kelompok dapat berupa konsensus, voting, negosiasi, dan kewenangan anggota yang memiliki pengaruh. Semuanya memiliki kelemaham dan kekuatan masing-masing tergantung pada situasi kondisi yang dialami oleh kelompok.­­­­

Kepemimpinan dalam kelompok bisa berada di tangan seseorang atau beberapa anggota yang berkontribusi dalam memimpin proses dan yang memastikan adanya komunikasi yang efektif dalam kelompok. Pada kebanyakan kasus, kepemimpinan yang lemah dan kurang responsif atas dinamika kelompok menjadi suatu realita yang menimbulkan konflik di dalam kelompok.

STRATEGI PERUBAHAN DALAM KONTEKS KOMUNIKASI KELOMPOK
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada efektivitas didalamnya. Ada banyak aspek di dalam kelompok yang dituntut untuk berubah dan terus menerus adaptif terhadap perkembangan di dalam dan di luar kelompok. Apa yang ingin digarisbawahi pada tulisan ini adalah aspek komunikasi dalam interaksi kelompok.
Bagaimana seharusnya agar komunikasi itu menjadi efektif dan tujuan kelompok dapat tercapai?
Berikut ini adalah pandangan beberapa peneliti di bidang komunikasi terkait cara-cara yang membantu pengembangan komunikasi efektif dalam kelompok.


1.      Honest Abe[1], Pelajaran Kepemimpinan

 David Herbert Donald, seorang profesor dibidang Sejarah Amerika dari Universitas Harvard dalam Wood mengatakan bahwa keberhasilan Abraham Lincoln dalam memimpin sebagian besar berasal dari kemampuannya sebagai komunikator (Donald, 1996).
Donald menyimpulkan ada dua yang spesial dalam gaya kepemimpinan Lincoln sebagai berikut:

·         Memberikan peluang kepada orang lain untuk mengkritisi dan mendengarkannya dengan seksama. Hampir setiap hari dalam masa kepresidenannya, Lincoln membuka pintu White House dengan menyebutnya Public Opinion Baths. Masyarakat biasa membaur dan menyatakan suara mereka, Lincoln akan mendengarnya dengan seksama.
·         Mengkomunikasikan sesuatu dengan jelas dan konsisten. Lincoln percaya bahwa seorang pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang efektif jika mampu untuk berbicara dan menulis dengan jelas sehingga masyarakat biasapun dapat mengerti. Lincoln bekerja keras untuk membuat bahasa yang bisa membawa ide-ide menjadi hidup: kata-kata dan frasa yang hidup dan tegas, analogi yang konkrit serta contoh kehidupan sehari-hari.

2.      Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan
Psikolog Daniel Goleman (1995, 1998, 2006) dalam Wood mengatakan satu-satunya hal yang tidak diukur dalam semua test IQ adalah kecerdasan emosional. Emotional Intelligent atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memilah perasaan seperti apa yang cocok untuk masing-masing situasi dan bagaimana mengkomunikasikan perasaan itu secara efektif. Orang yang memiliki kecerdasan emosional ini mudah untuk merasa nyaman dengan apa yang ada pada diri sendiri dan mampu menciptakan hubungan interpersonal yang memuaskan. Selain itu, orang yang seperti ini juga merupakan pemimpin yang efektif. Mereka percaya diri dan sensitif terhadap perasaan orang lain.
            Goleman menegaskan bahwa kecerdasan emosional ini sama dengan kepemimpinan, sama-sama membutuhkan komitmen dan praktik bukan lahir begitu saja.

3.                  Komunikasi Verbal yang Efektif Dalam Interaksi Kelompok
Linda Ray, 27 Marc 2010 www.livestrong.com memaparkan bahwa efektivitas komunikasi verbal di dalam interaksi suatu Kelompok bergantung pada beberapa faktor, mulai dari  kemampuan anggota dalam verbalisasi ide mereka hingga pada kemampuan pemimpin dalam mengembangkan konsensus dan menjauhkan diri dari usaha mempolitisi prosesnya.       Proses yang terfokus bisa membantu mengarahkan interaksi group sehingga semua anggota merasa bebas untuk berpartisipasi dan objektivitas dapat dibangun.  Beberapa faktor yang bisa menjadi strategi dalam membangun efektivitas komunikasi kelompok antara lain:
·         Pembukaan
Icebreaker, Smalltalk, Introduction merupakan cara-cara yang bisa dipakai oleh leader untuk membantu anggota merasa nyaman sehingga komunikasi yang konstruktif itu dapat mengikuti.
·         Norma Dasar/Aturan Main
Aturan-aturan yang membantu membentuk irama interaksi. Anggota harus tau interupsi seperti apa saja yang bisa diterima, berapa lama mereka diberikan waktu untuk membagi pemikiran masing-masing, dan tingkah laku seperti apa saja yang bisa ditoleransi. Aturan dasar ini bisa diberikan oleh pemimpin, fasilitator atau anggota pada awal pertemuan.
·         Bahasa
Anggota harus memahami kekuatan bahasa dan bagaimana menggunakannya untuk berkomunikasi secara efektif. Alih-alih berargumentasi dan mencoba menjual ide, group itu seharusnya lebih merespon secara logis dan faktual.
·         Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi itu adalah bagian yang vital untuk mencapai hasil positif. Keterampilan komunikasi yang baik seperti penggunaan bahasa dan pemaparan fakta bisa membantu anggota bisa mengintpretasikan apa yang disampaikan sesuai dengan maksud pembicara sehingga tidak ada kesalahpahaman dan pernyataan-pernyataan itu haruslah konsisten. Seorang komunikator yang baik menyajikan suatu ide sebagai satu bagian yang masih berelasi dengan statemen sebelumnya.

4.                  Living The 7 Habits, Menerapkan 7 Kebiasaan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Steven R. Covey dalam buku larisnya Living The 7 Habits mengajak untuk membiasakan diri untuk menerapkan perilaku konstruktif yang akan membawa setiap orang di dalamnya menuju keberhasilan dalam banyak hal. Jika dicermati, semua poin-poin yang diberikan oleh Covey merupakan kiat-kiat yang pada praktikanya melibatkan suatu hubungan di dalam.
·         Jadilah proaktif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri dan membuat pilihan2 berdasarkan prinsip2 dan nilai2 ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Jadi sikap ini lebih dari sekedar mengambil inisiatif.
·         Merujuk pada tujuan akhir maksudnya teh dalam menjalani kehidupan kita hari demi hari dengan tujuan2 yang jelas.
·         Dahulukan yang utama (first things first) artinya mengorganisasikan dan melaksanakan apa2yang telah diciptakan secara mental (tujuan, visi, nilai2 dan prioritas Anda).
·         Berpikir Win-Win adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntunngan bersama, dan    didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi.
·         Berusaha unutk memahami terlebih dahulu,baru dipahami
·         Wujudkan sinergi,yaitu mengejar kerjasama yang kreatif (1+1=3 atau lebih)
·         Mengasah Gergaji, yaitu memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidangkehidupan dasar yaitu: fisik, social/emosional,mental dan rohaniah.

KESIMPULAN
Banyak sekali cara-cara yang dapat kita temukan dan terapkan dari hasil penelitian banyak pakar komunikasi. Apa yang perlu kita perhatikan adalah kapan dan bagaimana menerapkannya dalam kondisi yang sesuai dengan yang kita hadapi sehari-hari. Menerapkannya pun bukan perkara yang mudah, banyak sekali perbedaan yang menjadi penghalang untuk suatu teori itu diterapkan begitu saja. Ada perbedaan kepribadian, kebiasaan, pendidikan, latar belakang bahkan kebudayaan yang bisa secara signifikan menghambat usaha-usah konstruktif. Namun semua itu adalah keterampilan yang terus menerus harus dikembangkan, karena kita tahu bahwa keterampilan berkomunikasi itu adalah sesuatu yang dilatih bukan dilahirkan begitu saja.
            Dahulu, orang-orang mempelajari komunikasi sebagai suatu proses tatap muka bahkan ada waktu dan jarak yang menjadi kendala. Banyak peneliti mengemukakan cara-cara efektif berkomunikasi pada tataran ini. Pada era komunikasi tanpa batas seperti saat ini, channel lebih beragam lagi. Orang bisa berkomunikasi melalui telekonferensi dalam berbagai keperluan bahkan tidak hanya untuk interpersonal, kelompokpun bisa melakukannya. Bagaimana membangun cara-cara yang efektif mengingat banyak sekali unsur komunikasi non-verbal yang hilang karenanya?
            Itulah dinamika komunikasi. Hingga kapanpun fenomena-fenomena baru akan terus bermunculan. Sebuah jalan panjang yang akan kita tempuh sembari terus mencari-cari cara yang terbaik untuk mengatasi semua kelemahannya yang bergerak linier dengan kelebihannya.


[1] Honest Abe, Abe yang jujur. Abe adalah panggilan kecil Abraham Lincoln, Presiden Amerika ke-16. Dia memimpin bangsanya keluar dari Perang Saudara Amerika, mempertahankan persatuan bangsa, dan menghapuskan perbudakan. Lincoln dinilai sebagai presiden AS yang paling hebat sepanjang sejarah Amerika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar