L
|
ittlejohn (2002) menggarisbawahi manfaat
penting dari komunikasi secara teoritis, bahwa mengembangkan pemahaman terhadap
berbagai teori komunikasi akan memungkinkan kita leluasa mengintepretasikan
suatu fenomena dengan cara-cara yang berbeda dan bermanfaat. Dalam bukunya,
Littlejohn menjelaskan dengan rinci ratusan teori komunikasi yang dipandang
dari berbagai perspektif seperti perspektif tradisi, tingkat observasi,
metodologi dan sebagainya. Tantangan mahasiswa atau praktisi komunikasi tidak
hanya bagaimana memahami semuanya secara teoritis saja, namun juga mampu
mengembangkan aspek aksiologis sehingga teori itu terus bergerak linier seiring
dengan perkembangan manusia dan komunikasinya.
Kita mengenal teori kontekstual yang
membahas teori dari perspektif tingkat observasi atau lingkup kajian
komunikasi. Teori-teori kontekstual tersebut antara lain komunikasi
intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi dan komunikasi media—adapula komunikasi antarbudaya (Wood, 2010). Ada
banyak sekali aspek dalam kehidupan manusia dengan dinamikanya sendiri. Tulisan
ini akan membahas berbagai dinamika itu dalam komunikasi kelompok, tentu saja
dari aspek komunikasi.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
KELOMPOK
Apakah yang membedakan kelompok?Apakah
sekumpulan orang yang berdiri bersama-sama di tepi jalan menunggu saat
menyebrang adalah sebuah kelompok? Apakah beberapa orang siswa yang berada
diantrian kasir adalah sebuah kelompok? Jawabannya adalah tidak untuk setiap
contoh itu.
Wood (2010) mendefinisikan kelompok
sebagai tiga orang atau lebih yang berinteraksi secara berkesinambungan,
bergantung satu sama lain dan bersama-sama mematuhi peraturan yang di dalam
kelompok untuk tujuan bersama. Dengan demikian, setidaknya ada dua
karakteristik yang penting dari sebuah kelompok yaitu pertama, ada tujuan
bersama dan kedua, masing-masing anggota mampu mengembangkan dialektika dalam
kelompok. Tanpa adanya salah satu unsur ini, kelompok bubar.
Pada dasarnya komunikasi kelompok
itu adalah kontinum dengan teori komunikasi lainnya. Di dalam teori komunikasi
kelompok terkandung juga unsur komunikasi interpersonal sehingga kebanyakan
teori komunikasi interpersonal bisa juga berlaku pada komunikasi kelompok. Winangsih
(2010) mengelompokkan komunikasi kelompok di dalam komunikasi interpersonal.
Organisasi juga seringkali membentuk
kelompok kerja khusus di dalamnya untuk efektivitas dalam menangani masalah,
riset maupun pengembangan sehingga teori komunikasi kelompok bisa juga diterapkan
dalam komunikasi organisasi (Wood, 2010)
Wood juga membedakan kelompok dan tim atas dasar sifat keduanya yang
memiliki karakteristik tertentu. Tim
didefinisikan sebagai bentuk yang spesial dari kelompok namun yang menjadi
karakter dari Tim ini, pertama: biasanya anggotanya memiliki kemampuan yang
berbeda-beda sementara setiap anggota dalam kelompok biasanya memiliki
kemampuan untuk memberi kontribusi dalam semua aspek kelompok. Kedua: Tim
membentuk rasa saling ketergantungan yang lebih kuat dari kelompok. Semua Tim
adalah kelompok tetapi tidak semua kelompok itu merupakan Tim.
BENTUK-BENTUK KELOMPOK
Kelompok dapat bersifat informal maupun formal.
Pada kelompok informal mungkin tidak ada pemimpin, mereka adalah sekelompok
orang yang berkumpul karena beberapa kesamaan atau ketertarikan misalnya
kelompok diskusi, ceramah, kelompok bermain. Sementara kelompok formal adalah
sekumpulan orang yang bersatu untuk tujuan tertentu misalnya kelompok
terapeutik, komite pengambilan keputusan, tim satuan kerja, dan lain sebagainya.
Pada kelompok formal ini biasanya ada yang ditunjuk sebagai pemimpin.
KELEMAHAN DAN KEKUATAN
KELOMPOK
1.
Kelemahan Kelompok
·
Waktu
Kelompok membutuhkan lebih banyak
waktu dalam mengambil keputusan dibanding individu. Hal ini wajar terjadi,
invididu secara bebas memilih apa yang dianggapnya baik sementara kelompok
harus mendengarkan keinginan setiap anggotanya dan merespon satu sama lain
untuk mencapai kata sepakat.
·
Tekanan Untuk Patuh
Kelompok memiliki potensi untuk menekan individualisme dan menekan kepatuhan anggota terhadap apa yang
dianggap baik untuk kepentingan bersama. Hal ini dapat terjadi atas dua cara,
tekanan untuk patuh itu secara jelas terjadi apabila mayoritas anggota memiliki
perbedaan pendapat dengan minoritas. Pihak minoritas harus patuh pada
kesepakatan yang diambil berdasarkan
suara mayoritas. Di dalam kelompok yang efektif, setiap anggota telah mengerti dan tahan
terhadap hal ini. Disadari bahwa terkadang suara mayoritas itu salah sementara
minoritas terkadang benar.
Tekanan
untuk patuh ini juga terkadang muncul saat satu individu dalam kelompok muncul
sebagai sosok yang menonjol, karismatik, prestasi tinggi, atau kekuatan yang
besar dibanding dengan anggota lainnya. Meskipun individu ini adalah bagian
dari suara minoritas, namun dia mempunyai cukup status untuk membuat orang lain
mengikutinya. Di dalam kelompok yang efektif, pemimpin mampu mencegah potensi
untuk dari setiap anggota untuk menjadi figur seperti ini. Setiap anggota
seharusnya bisa bersikap tidak kritis atas gejala-gejala superior yang muncul.
2.
Kekuatan Kelompok
· Sumber Yang Lebih Besar
Suatu kelompok jelas sekali
melampaui individu untuk ide, perspektif, pengalaman, dan keahlian dalam
memecahkan masalah. Secara khusus dalam Tim, signifikansi sumber ini menjadi
menjadi kunci mencapai efektivitas (Kelley & Littman, 2001). Satu anggota
menguasai aspek teknis sebuah produk, seorang lagi menguasai psikologi pasar,
dan seorang yang lain menguasai analisis biaya, dan seterusnya.
· Ketelitian Yang Lebih Besar
Kelompok juga memiliki ketelitian
yang lebih besar dibandingkan individu, mungkin karena setiap anggota bersikap
sebagai pemeriksa dan penjaga keseimbangan untuk anggota yang lainnya
(Rothwell, 2007; Salazar, 1995). Sinergi
adalah kekuatan khusus yang merupakan kombinasi energi, talenta, dan
kekuatan dari setiap anggota.
· Kreativitas Yang Lebih Besar
Sekali lagi, hal ini terjadi karena
aspek sinergi di dalam sebuah kelompok. Ketika setiap anggota tahu bagaimana
berkomunikasi secara efektif, mereka akan mampu mengintegrasikan pikiran dan
kreativitas.
Individu
bisa saja kehabisan ide, tetapi kelompok mampu menggenerasikan ide yang tidak
terbatas karena salah satu anggota bisa saja melihat peluang ide dari ide atau
komentar anggota lainnya.
· Komitmen Yang Lebih Besar
Terakhir, kelompok mampu
menghasilkan komitmen yang lebih besar terhadap apa yang telah diputuskan.
BERBAGAI FITUR DALAM KELOMPOK
Kekuatan-kekuatan kelompok yang
telah didefinisikan hanya dapat terwujud
jika setiap anggota berpartisipasi aktif sehingga komunikasi efektif dapat
terwujud dan tujuanpun dapat dicapai. Hal ini tidak mudah karena begitu banyak
faktor yang menyebabkan suatu kelompok sulit mencapai komunikasi efektif.
Meski
satu kelompok itu ada karena banyaknya persamaan namun perbedaan antar individu
masih tidak dapat terelakkan. Wood mencatat paling tidak ada 5 fitur atau ciri
dari kelompok yang secara langsung berpengaruh pada partisipasi anggotanya.
· Kohesi (Cohesion)
Kohesi adalah faktor kedekatan
antaranggota kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, setiap anggota kelompok
melihat diri mereka saling terkoneksi kuat untuk mencapai tujuan mereka.
· Ukuran Kelompok
Semakin banyak anggota kelompok maka
semakin besar usaha yang diperlukan untuk menjalin komunikasi.
· Struktur Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Berbagai bentuk kekuatan antara lain: Reward Power,
Coercive Power, Legitimate Power, Expert Power dan Referent Power.
· Pola Interaksi
Pola interaksi terbagi menjadi dua
menjadi Centralized Pattern dan Decentralized Pattern.
Centralized Pattern
Centralized Pattern merupakan kelompok dengan satu atau
dua orang sebagai orang yang menempati posisi kunci dan sebagian besar proses
komunikasi disalurkan melalui mereka.
Decentralized Pattern
Decentralized Pattern merupakan kelompok dimana proses
komunikasi lebih seimbang dan memuaskan semua orang karena kekuatan setiap
orang sama.
· Norma Kelompok
Norma adalah petunjuk standar yang
mengatur bagaimana seharusnya setiap anggota bertindak dan berinteraksi satu
sama lain. Contoh, dalam suatu pertemuan seseorang mengklaim bahwa ide anggota
yang lain itu bodoh dan beberapa anggota lain tampaknya tidak memberi perhatian
pada apa yang dibicarakan. Jika hal ini terus berlanjut maka akan terbentuk
norma ketidakpedulian dan semua orang akan terbiasa dengan hal ini.
TANTANGAN DALAM KELOMPOK
Skisma (Schism) yang berarti
perpecahan, biasanya terjadi dalam suatu gerakan atau hubungan. Orang yang
skismatik adalah orang yang menciptakan atau menghasut perpecahan di dalam
sebuah kelompok atau seorang anggota dari kelompok yang memisahkan diri. Kata
skismatik dapat pula merujuk kepada gagasan, kebijakan yang dianggap dapat
menyebabkan perpecahan. Contoh skisma dalam kekristenan seperti skisma
Nestorian yang merupakan skisma awal antara Kekristenan Konstantin dan
Kekristenan Asiria, dalam islam seperti perpecahan antara Islam Sunni dan Islam
Syiah pada 632 M mengenai siapa yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dalam
politik seperti skisma anarkis antara sosialis libertarian dan komunis dari
Perhimpunan Buruh Nasional yang secara lebih spesifik adalah antara pemimpinnya,
Mikhail Bakunik dan Karl Marx.
Awal perpecahan selalu berasal dari konflik yang muncul. Bergantung pada
bagaimana konflik itu diatasi, terdapat dua macam bentuk konflik; Disruptif dan
Konstruktif. Jika konflik mampu dikelola dengan benar maka konflik itu bisa
memberi perilaku konstruktif. Sebaliknya jika tidak berhasil dikelola dengan
benar, perilaku disruptiflah yang muncul.
Disruptif
|
Konstruktif
|
Kompetisi
Self-interest (kepentingan pribadi)
Pendekatan Win-lose
Mengabaikan ide yang berlawanan
Iklim tertutup
Komunikasi defensif
Serangan pada kepribadian
|
Koperatif
Kepentingan semua orang
Pendekatan win-win
Mendengarkan ide yang berlawanan
Iklim terbuka
Komunikasi suportif
Fokus pada masalah
|
Perilaku Disruptif dan Konstruktif
Bentuk-bentuk pengambilan keputusan di dalam
kelompok dapat berupa konsensus, voting, negosiasi, dan kewenangan anggota yang
memiliki pengaruh. Semuanya memiliki kelemaham dan kekuatan masing-masing
tergantung pada situasi kondisi yang dialami oleh kelompok.
Kepemimpinan dalam kelompok bisa berada di tangan
seseorang atau beberapa anggota yang berkontribusi dalam memimpin proses dan
yang memastikan adanya komunikasi yang efektif dalam kelompok. Pada kebanyakan
kasus, kepemimpinan yang lemah dan kurang responsif atas dinamika kelompok
menjadi suatu realita yang menimbulkan konflik di dalam kelompok.
STRATEGI PERUBAHAN DALAM KONTEKS KOMUNIKASI
KELOMPOK
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada
efektivitas didalamnya. Ada banyak aspek di dalam kelompok yang dituntut untuk
berubah dan terus menerus adaptif terhadap perkembangan di dalam dan di luar
kelompok. Apa yang ingin digarisbawahi pada tulisan ini adalah aspek komunikasi dalam interaksi
kelompok.
Bagaimana seharusnya agar komunikasi itu
menjadi efektif dan tujuan kelompok dapat tercapai?
Berikut ini adalah pandangan
beberapa peneliti di bidang komunikasi terkait cara-cara yang membantu
pengembangan komunikasi efektif dalam kelompok.
1.
Honest Abe[1], Pelajaran
Kepemimpinan
David Herbert Donald, seorang profesor dibidang Sejarah Amerika dari
Universitas Harvard dalam Wood mengatakan bahwa keberhasilan Abraham Lincoln
dalam memimpin sebagian besar berasal dari kemampuannya sebagai komunikator
(Donald, 1996).
Donald menyimpulkan ada dua yang
spesial dalam gaya kepemimpinan Lincoln sebagai berikut:
·
Memberikan peluang kepada orang lain
untuk mengkritisi dan mendengarkannya dengan seksama. Hampir setiap hari dalam masa
kepresidenannya, Lincoln membuka pintu White House dengan menyebutnya Public Opinion Baths. Masyarakat biasa
membaur dan menyatakan suara mereka, Lincoln akan mendengarnya dengan seksama.
·
Mengkomunikasikan sesuatu dengan
jelas dan konsisten. Lincoln
percaya bahwa seorang pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
efektif jika mampu untuk berbicara dan menulis dengan jelas sehingga masyarakat
biasapun dapat mengerti. Lincoln bekerja keras untuk membuat bahasa yang bisa
membawa ide-ide menjadi hidup: kata-kata dan frasa yang hidup dan tegas,
analogi yang konkrit serta contoh kehidupan sehari-hari.
2.
Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan
Psikolog Daniel Goleman (1995, 1998,
2006) dalam Wood mengatakan satu-satunya hal yang tidak diukur dalam semua test
IQ adalah kecerdasan emosional. Emotional
Intelligent atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memilah
perasaan seperti apa yang cocok untuk masing-masing situasi dan bagaimana
mengkomunikasikan perasaan itu secara efektif. Orang yang memiliki kecerdasan
emosional ini mudah untuk merasa nyaman dengan apa yang ada pada diri sendiri
dan mampu menciptakan hubungan interpersonal yang memuaskan. Selain itu, orang
yang seperti ini juga merupakan pemimpin yang efektif. Mereka percaya diri dan
sensitif terhadap perasaan orang lain.
Goleman
menegaskan bahwa kecerdasan emosional ini sama dengan kepemimpinan, sama-sama
membutuhkan komitmen dan praktik bukan lahir begitu saja.
3.
Komunikasi Verbal yang Efektif Dalam
Interaksi Kelompok
Linda Ray,
27 Marc 2010 www.livestrong.com memaparkan bahwa efektivitas komunikasi verbal
di dalam interaksi suatu Kelompok bergantung pada beberapa faktor, mulai
dari kemampuan anggota dalam verbalisasi
ide mereka hingga pada kemampuan pemimpin dalam mengembangkan konsensus dan
menjauhkan diri dari usaha mempolitisi prosesnya. Proses yang terfokus bisa membantu mengarahkan interaksi group
sehingga semua anggota merasa bebas untuk berpartisipasi dan objektivitas dapat
dibangun. Beberapa faktor yang bisa
menjadi strategi dalam membangun efektivitas komunikasi kelompok antara lain:
·
Pembukaan
Icebreaker, Smalltalk, Introduction merupakan
cara-cara yang bisa dipakai oleh leader untuk membantu anggota merasa nyaman
sehingga komunikasi yang konstruktif itu dapat mengikuti.
·
Norma Dasar/Aturan Main
Aturan-aturan yang membantu
membentuk irama interaksi. Anggota harus tau interupsi seperti apa saja yang
bisa diterima, berapa lama mereka diberikan waktu untuk membagi pemikiran
masing-masing, dan tingkah laku seperti apa saja yang bisa ditoleransi. Aturan
dasar ini bisa diberikan oleh pemimpin, fasilitator atau anggota pada awal
pertemuan.
·
Bahasa
Anggota harus memahami kekuatan
bahasa dan bagaimana menggunakannya untuk berkomunikasi secara efektif.
Alih-alih berargumentasi dan mencoba menjual ide, group itu seharusnya lebih
merespon secara logis dan faktual.
·
Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi itu
adalah bagian yang vital untuk mencapai hasil positif. Keterampilan komunikasi
yang baik seperti penggunaan bahasa dan pemaparan fakta bisa membantu anggota
bisa mengintpretasikan apa yang disampaikan sesuai dengan maksud pembicara
sehingga tidak ada kesalahpahaman dan pernyataan-pernyataan itu haruslah
konsisten. Seorang komunikator yang baik
menyajikan suatu ide sebagai satu bagian yang masih berelasi dengan statemen
sebelumnya.
4.
Living The 7 Habits, Menerapkan 7
Kebiasaan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Steven R. Covey dalam buku larisnya Living The
7 Habits mengajak untuk membiasakan diri untuk menerapkan perilaku konstruktif
yang akan membawa setiap orang di dalamnya menuju keberhasilan dalam banyak
hal. Jika dicermati, semua poin-poin yang diberikan oleh Covey merupakan
kiat-kiat yang pada praktikanya melibatkan suatu hubungan di dalam.
·
Jadilah proaktif. Bersikap proaktif artinya bertanggung
jawab atas perilaku kita sendiri dan membuat pilihan2 berdasarkan prinsip2 dan
nilai2 ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Jadi sikap ini lebih dari
sekedar mengambil inisiatif.
·
Merujuk pada tujuan akhir maksudnya teh dalam menjalani kehidupan kita hari demi hari
dengan tujuan2 yang jelas.
·
Dahulukan yang utama (first things first) artinya mengorganisasikan dan
melaksanakan apa2yang telah diciptakan secara mental (tujuan, visi, nilai2 dan
prioritas Anda).
·
Berpikir Win-Win adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntunngan
bersama, dan didasarkan pada sikap saling
menghormati dalam semua interaksi.
·
Berusaha unutk memahami terlebih dahulu,baru
dipahami
·
Wujudkan sinergi,yaitu mengejar kerjasama yang
kreatif (1+1=3 atau lebih)
·
Mengasah Gergaji, yaitu memperbaharui diri terus
menerus dalam keempat bidangkehidupan dasar
yaitu: fisik, social/emosional,mental dan rohaniah.
KESIMPULAN
Banyak sekali cara-cara yang dapat kita temukan
dan terapkan dari hasil penelitian banyak pakar komunikasi. Apa yang perlu kita
perhatikan adalah kapan dan bagaimana menerapkannya dalam kondisi yang sesuai
dengan yang kita hadapi sehari-hari. Menerapkannya pun bukan perkara yang
mudah, banyak sekali perbedaan yang menjadi penghalang untuk suatu teori itu
diterapkan begitu saja. Ada perbedaan kepribadian, kebiasaan, pendidikan, latar
belakang bahkan kebudayaan yang bisa secara signifikan menghambat usaha-usah
konstruktif. Namun semua itu adalah keterampilan yang terus menerus harus
dikembangkan, karena kita tahu bahwa keterampilan berkomunikasi itu adalah
sesuatu yang dilatih bukan dilahirkan begitu saja.
Dahulu,
orang-orang mempelajari komunikasi sebagai suatu proses tatap muka bahkan ada
waktu dan jarak yang menjadi kendala. Banyak peneliti mengemukakan cara-cara
efektif berkomunikasi pada tataran ini. Pada era komunikasi tanpa batas seperti
saat ini, channel lebih beragam lagi. Orang bisa berkomunikasi melalui
telekonferensi dalam berbagai keperluan bahkan tidak hanya untuk interpersonal,
kelompokpun bisa melakukannya. Bagaimana membangun cara-cara yang efektif
mengingat banyak sekali unsur komunikasi non-verbal yang hilang karenanya?
Itulah
dinamika komunikasi. Hingga kapanpun fenomena-fenomena baru akan terus
bermunculan. Sebuah jalan panjang yang akan kita tempuh sembari terus
mencari-cari cara yang terbaik untuk mengatasi semua kelemahannya yang bergerak
linier dengan kelebihannya.
[1] Honest Abe, Abe
yang jujur. Abe adalah panggilan kecil Abraham Lincoln, Presiden Amerika ke-16.
Dia memimpin bangsanya keluar dari Perang Saudara Amerika, mempertahankan
persatuan bangsa, dan menghapuskan perbudakan. Lincoln dinilai sebagai presiden AS yang paling hebat sepanjang
sejarah Amerika.